Ayat-ayat Al Qur'an

Sabtu, 23 Januari 2010

Rahasia waktu subuh

Diantara waktu-waktu istimewa yang diciptakan Allah SWT untuk muslim adalah saat subuh. Di dalamnya terkandung banyak keberkahan. Bergitu mulianya waktu subuh, Rasulullah SAW secara khusus berdo’a. “Ya Allah berkahilah umatku selama mereka senang bangun subuh,” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah).

Dr. Khalid Ahmad Abu Syadi dalam bukunya Bisnis Yang Tak Pernah Rugi : Tips Meraih Kebahagiaan Dunia Akhirat dan Dr. Raghib As-Sirjani dalam bukunya “Misteri Sholat Subuh” menuliskan beberapa keberkahan yang akan didapat bila seorang Muslim melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Pahalanya sebanding dengan melakukan qiyamul lail sepanjang malam. Bangun dari tidur, lalu memenuhi panggilan adzan dan mengerjakan sholat bersama dengan orang-orang yang beriman, pahalanya sama dengan mengerjakan qiyamul lail sepanjang malam.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa sholat Isya’ berjamaah, maka seakan-akan dia melakukan qiyamul lail tengah malam dan barang siapa sholat subuh berjama’ah maka seakan-akan dia melakkan sholat sepanjang malam.” (HR. Imam Ahmad dan Imam Muslim melalui Utsman bin Affan).

Cahaya di hari kiamat. Sholat subuh merupakan sumber dari segala sumber cahaya di hari kiamat. Di hari itu, semua sumber cahaya di dunia akan padam. Matahari akan digulung dan bintang-bintang pun berjatuhan, sebagaimana firman Allah : “Apabila matahari digulung. Dan apabila bintang-bintang berjatuhan.” (QS. At-Takwir : 1-2).

Manusia dibangkitkan dalam keadaan gelap gulita. Gelap yang berlipat ganda. Saat itu, manusia membutuhkan cahaya supaya bisa meraba jalannya, agar bisa melewati kumpulan orang-orang yang begitu banyak jumlahnya. Tatkala melewati Sirath (jembatan akhirat), cahaya sangat dibutuhkan.

Rasulullah mengabarkan dalam sebuah sabdanya tentang cahaya yang dapat menyinari seorang Muslim saat kiamat nanti. Sumber cahaya itu berasal dari sholat subuh yang dikerjakan berjamaah. “Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di kegelapan malam bahwa mereka akan beroleh cahaya yang sempurna di hari kiamat.” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah di dalam kitab shahihnya, dan Imam Hakim).

Dalam hadits di atas, Rasulullah menegaskan barang siapa yang berjalan di kegelapan malam menuju tempat sholat (masjid) maka makin besarlah cahayanya dan sinarnya makin luas pada hari kiamat. Orang mukmin megetahui bahwa menjalani kegelapan di dunia ini imbalannya adalah cahaya di akhirat. Berjalan di kegelapan malam menuju masjid tiada lain menabungkan cahaya baginya yang menerangi jalannya di atas Shirath sehingga ia dapat menyeberanginya sampai ke surga.

Masuk surga. Rasulullah bersabda “Barang siapa yang mengerjakan sholat bardain akan masuk surga.” (Fathul Bari). Dalam hadits lain Nabi bersabda, “Barang siapa yang sholat dua waktu yang dingin maka akan masuk surga.” (HR. Bukhari).

Yang dimaksud sholat bardain adalah sholat subuh dan ashar. Ibnu Hajar mengatakan dalam kitab al-Fath bahwa kedua sholat ini disebut bardain karena keduanya dikerjakan pada waktu sejuk siang hari dan berada di tepi siang hari, yaitu saat udara sejuk dan panas matahari melemah.

Pada kedua waktu ini, mausia cenderung beristirahat dan tidur, yang membuatnya malas untuk melakukan aktifitas. Sehubungan dengan kenyataan ini, Nabi Muhammad SAW memberikan semangat dengan menyampaikan berita gembira yang besar. Sekan-akan Rasulullah bersabda bahw asurga diturunkan kepadamu melalui dua waktu yang berharga ini. Karena itu hadirilah olehmu pembagian ini agar kamu mendapat bagian darinya dan lepaskanlah anak-anak panahmu di saat pertepuran niscaya kamu akan memperoleh ghanimahnya. Janganlah kamu tetap berada di tempat bersama orang-orang yang duduk. Bila kamu tetap duduk-duduk kamu akan binasa.

Laporan pengawasan. Sesungguhnya setiap muslim mempunyai janji dengan Allah tiap hari, yaitu pada sholat subuh dan sholat Ashar. Di antara kedua sholat itu, malaikat memberikan laporan kepada Allah tentang ibadah kaum muslimin. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Malaikat malam hari dan malaikat siang hari silih berganti kepadamu. Mereka berkumpul dalam sholat subuh dan sholat Ashar. Malaikat yang semalam bersamamu naik, lalu Tuhan menanyai mereka, padahal Dia lebih mengetahui daripada mereka, ‘Bagaimanakan keadaan hamba-hamba-Ku saat kamu tinggalkan?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan tengah sholat dan kami datangi mereka dalam keadaan tengah sholat.” (HR. Syaikhain melalui Abu Hurairah).

Sholat sunnah yang lebih mulia daripada seisinya. Sholat fajar yaitu sholat sunnah sebelum subuh merupakan sholat sunnah yang paling banyak pahalanya dibandingkan dengan sholat sunnah lainnya. Rasulullah mengistimewakannya dengan pahala yang begitu besar sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Aisyah : “Dua raka'at fajar (sholat sunnah sebelum subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim).

Bekal dunia dan akhirat. Karena waktu yang mengiringi sholat subuh merupakan waktu yang mengandung banyak keberkahan. Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar waktu itu digunakan untuk menyibukkan diri dengan berdzikir. Seusai mengerjakan sholat subuh. Rasulullah selalu berdzikir kepada Allah SWT hingga matahari terbit, kemudian beliau sholat Dhuha dua raka'at, sebagaimana sabdanya, “Barangsiapa yang ikut sholat fajar berjamaah di masjid kemudian duduk berdzikir mengingat Allah SWT sampai matahari terbit, lalu mengerjakan sholat dua rakaat, maka baginya pahala bagaikan orang yang menunaikan ibadah haji dan umrah dengan sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi).

Dibukakan pintu rezeki. Keberkahan subuh juga membuka pintu-pintu rezeki-Nya yang telah dihamparkan di hari itu. Sebab itu, Allah SWT menyerukan kaum muslimin untuk menyambut rezeki-Nya dengan segera bangun pagi.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Baihaqi, diceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW pulang dari sholat subuh di masjid Nabawi, beliau mendapati putrinya Siti Fatimah masih tidur-tiduran. Dengan penuh kasih sayang lantas beliau menggerakkan badan putrinya itu sembari berkata, “Wahai anakku, bangunlah, saksikan rezeki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai karena Allah membagikan rezeki kepada hamba-Nya antara terbit fajar dengan terbit matahari.”

Memperoleh kesehatan dan kesegaran. Keberkahan lain yang dipetik oleh orang yang bangun subuh adalah sehat. Hal ini, menurut majalah al Mujtama, Kuwait disebabkan oleh banyak faktor, antara lain : udara pada waktu subuh mengandung kadar gas ozon dalam presentase yang lebih pekat kemudian menipis secara bertahap seiring dengan terbitnya matahari. Gas ozon ini diserap oleh urat-urat syaraf tubuh dan memberikan stimulan kepadanya sehingga otak dan otot dapat bekerja secara optimal, presentase sinar ultra violet pada pagi hari relatif lebih kuat. Sinar ini merangsang kulit tubuh untuk membuat vitamin D yang berguna untuk tulang, sebagaimana sinar infra merah mempunyai pengaruh yang membangkitkan kesadaran dan presentase cortison yang terkandung di dalam darah relatif makin tinggi pada waktu subuh dan kadarnya makin merendah secara relatif di petang hari.

Melihat Allah di akhirat. Tiada suatu nikmat pun yang diberikan Allah kepada ahli surga yang lebih disukai oleh mereka daripada memandang wajah Allah yang Maha Mulia. Kemuliaan ini hanya didapat oleh ahli sholat sunnah fajar, sebagaimana yang diberitakan oleh Nabi Muhammad SAW melalui sabdanya, “Ingatlah, sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian bagaikan kalian melihat bulan ini, kalian tidak terdesak-desak saat melihatnya. Jika kalian mampu meraih kesempatan dengan mengerjakan sholat (sunnah) sebelum matahari terbit dan sebelum tenggelam, kerjakanlah!”.
Rasulullah lalu menyampaikan firman Allah, “… dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu malam hari (sebelum matahari terbit) dan pada waktu-waktu siang hari (sebelum matahari terbenam) supaya kamu merasa senang.” (QS. Thaha : 13).

Jumat, 22 Januari 2010

Manfaat Berwudhu itu.....

Rasulullah bersabda, "Barangsiapa berwudhu dengan membaguskan wudhu'nya, maka keluarlah dosa-dosanya dari kulitnya sampai dari kuku jari-jemarinya". HR. Muslim.


Rasulullah bersabda, "Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhu'nya, (Abu Hurairah menambahkan) maka siapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya, maka lakukanlah. (HR. Bukhari dan Muslim).

Ilmu kontemporer menetapkan -setelah melalui percobaan mikroskopi terhadap tumbuhnya mikroba pada orang yang berwudhu' secara teratur dan juga kepada yang tidak teratur- bahwasannya orang yang selalu berwudhu maka mayoritas hidung mereka menjadi bersih, tidak terdapat berbagai mikroba. Oleh karena itu, adanya mikroba yang menempel pada mereka hilang sama sekali ketika mereka membersihkan hidung, dibandingkan dengan orang yang tidak berwudhu' maka tumbuh pada hidung mereka berbagai mikroba dalam jumlah yang besar yang termasuk jenis mikroba berbentuk bulat dan berklaster yang sangat berbahaya ... dan mikroba yang cepat menyebar dan berkembang-biak ... dan mikroba lainnya yang menyebabkan banyak terjadinya berbagai penyakit. Dan sudah jelas bahwasannya proses keracunan itu terjadi adanya perkembangan berbagai mikroba yang berbahaya bagi rongga hidung, kemudian sampai ke tenggorokan untuk kemudian terjadi berbagai peradangan dan penyakit, apalagi jika sampai masuk ke peredaran darah!!

Oleh karena itu, disyari'atkan untuk melakukan istinsyaaq (menghirup air ke dalam hidung) sebanyak 3 kali kemudian menyemburkannya (tetap dengan hidung) setiap kali wudhu. Adapun berkumur-kumur itu dimaksudkan untuk menjaga kebersihan mulut dan kerongkongan dari peradangan dan pembusukan pada gusi, serta menjaga gigi dari sisa-sisa makanan yang menempel gigi. Dan sudah terbukti secara ilmiah bahwa 90% orang yang mengalami kerusakan gigi jika saja mereka mau perhatian terhadap kebersihan mulutnya ketika dahulu rusak gigi-gigi mereka, dan adanya pembusukan yang terjadi disebabkan oleh makanan dan air liur dan bercampur dalam perut dan menuju ke darah. Dan dari darah itulah kemudian menyebar ke seluruh organ dan kemudian menyebabkan berbagai penyakit.

Dan sungguh, berkumur-kumur akan menyegarkan berbagai organ yang ada di wajah dan menjadi cerah. Dan uji-coba ini belum pernah dikemukakan oleh para dosen olah raga kecuali sedikit. Hal ini karena mereka hanya memperhatikan kepada organ-organ tubuh yang besar. Dan membasuh wajah dan kedua tangan sampai siku, serta kedua kaki memberikan manfaat untuk menghilangkan debu-debu dan berbagai bakteri, apalagi dengan membersihkan badan dari keringat dan kotoran lainnya yang keluar melalui kulit.

Dan juga, sudah terbukti secara ilmiah tidak akan menyerang kulit manusia kecuali apabila kadar kebersihan kulitnya rendah. Sebab manusia apabila lama beraktivitas tanpa membasuh anggota badanya, maka kulit akan mengalami berbagai peradangan yang menyerang permukaan kulit, seperti kudis. Dan kudis ini menyerang ujung jari-jari yang sebagian besar tidak dalam keadaan bersih, sehingga masuklah berbagai mikroba ke dalam kulit.

Oleh karena itu, bertumpuk-tumpuknya peradangan sangat mengundang mikroba untuk berkembang-biak dan menyebar. Maka, wudhu' telah mendahului Ilmu Pektrologi modern dan para pakar yang menggunakan karantina sebagai media untuk mengetahui berbagai mikroba dan jamur-jamur yang menyerang kulit orang-orang yang tidak suka dengan kebersihan, dimana kebersihan ini semakna dengan wudhu dan mandi dan dengan uji-coba dan penelitian.

Penelitian dan uji coba ini memberikan manfaat yang lain:

Bahwa kedua tangan banyak membawa mikroba yang terkadang berpindah ke mulut atau hidung apabila tidak dibasuh. Oleh karena itu, sangat ditekankan untuk membersihkan kedua tangan terlebih dahulu sebelum melakukan wudhu'. Dan ini menambah jelas kepada kita sabda Rasulullah:

(( إذا استيقظ أحدكم من نوميه فلا يغمس يده في الإناء حتى يغسلها ثلاثا ))

Apabila salah seorang diantara kalian bangun dari tudir, maka janganlah mencelupkan kedua tangannya ke bejana (tempat air) sebelum mencucinya terlebih dahulu tiga kali.


Dan sudah terbukti juga bahwa peredaran darah pada organ tangan bagian atas dan lengan bawah serta organ-organ bagian bawah seperti kedua kaki dan kedua betis adalah organ-organ yang paling lemah dibandingkan organ tubuh lainnya karena jauhnya dari pusat peredaran darah, jantung. Maka apabila kita membasuhnya diserta menggosoknya, maka akan menguatkan peredaran darah pada organ-organ tersebut sehingga membantu kita menambah tenaga dan vitalitas. Dan dari itu semua, maka terketahuilah mukjizat disyari'atkannya wudhu' di dalam Islam.

Sumber: Al-I'jaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah

Muhammad Kamil Abd Al-Shomad

Dr. Ahmad Syauqy Ibrahim, Anggota Ikatan Dokter Kerajaan Arab Saudi di London dan Penasihat Penderita Penyakit Dalam dan Penyakit Jantung mengatakan, "Para Pakar sampai berkesimpulan bahwa mencelupkan anggota tubuh ke dalam air akan bisa mengembalikan tubuh yang lemah menjadi kuat, mengurangi kekejangan menjadi rileks syaraf-syaraf dan otot, hilangnya kenaikan detak jantung dan nyeri-nyeri otot, kecemasan, dan insomnia (susah tidur)". Hal ini dikuatkan oleh salah seorang pakar dari Amerika dengan ucapannya, "Air mengandung kekuatan magis, bahkan membasuhkan air ke wajah dan kedua tangan -yang dimaksud adalah aktivitas wudhu'- adalah cara yang paling efektif untuk relaksasi (menjadikan badan rileks) dan menghilangkan tensi tinggi (emosi).

Sungguh, Maha Suci Allah Yang Maha Agung قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من توضأ فأحسن الوضوء خرجت خطاياه من جسده حتى تخرج من تحت أظفاره )) رواه مسلم. وقال أيضا: ((إن أمتي يدعون يوم القيامة غرا محجلين من آثار الوضوء، فمن استطاع منكم أن يطيل غرته فليفعل )) متفق عليه.

Kamis, 21 Januari 2010

10 hal yang Mendatangkan Kecintaan Allah

Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid diin.

Saudaraku, sungguh setiap orang pasti ingin mendapatkan kecintaan Allah. Lalu bagaimanakah cara cara untuk mendapatkan kecintaan tersebut. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa hal untuk mendapatkan maksud tadi dalam kitab beliau Madarijus Salikin.

Pertama, membaca Al Qur’an dengan merenungi dan memahami maknanya. Hal ini bisa dilakukan sebagaimana seseorang memahami sebuah buku yaitu dia menghafal dan harus mendapat penjelasan terhadap isi buku tersebut. Ini semua dilakukan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh si penulis buku. [Maka begitu pula yang dapat dilakukan terhadap Al Qur’an,...

Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan ibadah yang sunnah, setelah mengerjakan ibadah yang wajib. Dengan inilah seseorang akan mencapai tingkat yang lebih mulia yaitu menjadi orang yang mendapatkan kecintaan Allah dan bukan hanya sekedar menjadi seorang pecinta.

Ketiga, terus-menerus mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik dengan hati dan lisan atau dengan amalan dan keadaan dirinya. Ingatlah, kecintaan pada Allah akan diperoleh sekadar dengan keadaan dzikir kepada-Nya.

Keempat, lebih mendahulukan kecintaan pada Allah daripada kecintaan pada dirinya sendiri ketika dia dikuasai hawa nafsunya. Begitu pula dia selalu ingin meningkatkan kecintaan kepada-Nya, walaupun harus menempuh berbagai kesulitan.

Kelima, merenungi, memperhatikan dan mengenal kebesaran nama dan sifat Allah. Begitu pula hatinya selalu berusaha memikirkan nama dan sifat Allah tersebut berulang kali. Barangsiapa mengenal Allah dengan benar melalui nama, sifat dan perbuatan-Nya, maka dia pasti mencintai Allah. Oleh karena itu, mu’athilah, fir’auniyah, jahmiyah (yang kesemuanya keliru dalam memahami nama dan sifat Allah), jalan mereka dalam mengenal Allah telah terputus (karena mereka menolak nama dan sifat Allah tersebut).

Keenam, memperhatikan kebaikan, nikmat dan karunia Allah yang telah Dia berikan kepada kita, baik nikmat lahir maupun batin. Inilah faktor yang mendorong untuk mencintai-Nya.

Ketujuh, -inilah yang begitu istimewa- yaitu menghadirkan hati secara keseluruhan tatkala melakukan ketaatan kepada Allah dengan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya.

Kedelapan, menyendiri dengan Allah di saat Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir untuk beribadah dan bermunajat kepada-Nya serta membaca kalam-Nya (Al Qur’an). Kemudian mengakhirinya dengan istighfar dan taubat kepada-Nya.

Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang mencintai Allah dan bersama para shidiqin. Kemudian memetik perkataan mereka yang seperti buah yang begitu nikmat. Kemudian dia pun tidaklah mengeluarkan kata-kata kecuali apabila jelas maslahatnya dan diketahui bahwa dengan perkataan tersebut akan menambah kemanfaatan baginya dan juga bagi orang lain.

Kesepuluh, menjauhi segala sebab yang dapat mengahalangi antara dirinya dan Allah Ta’ala.

Semoga kita senantiasa mendapatkan kecintaan Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya.

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa kunci untuk mendapatkan itu semua adalah dengan mempersiapkan jiwa (hati) dan membuka mata hati.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallalahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Sumber: Madaarijus Saalikin, 3/ 16-17, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Darul Hadits Al Qohiroh

Jumat, 15 Januari 2010

Al Qur'an Mobile...

ada postingan baru nih...
Tadaaaaaa....
Al Qur’an mobile, yakni Al Qur'an yg bisa di baca di HP. Walaupun sudah ada operator telekomunikasi yang telah membundling Al quran di HP tertentu, tapi tidak ada salahnya jika kita ikut-ikutan pasang di HP kita. So kita akan semakin mudah untuk bertadarus bahkan menghapal ayat-ayat Allah diwaktu senggang kita.

Disisi lain Al Qur'an ini juga telah dilengkapi dengan fasilitas menyimpan halaman yang telah kita baca, sehingga kita dapat meneruskan lagi tanpa membuka halaman dari awal.

Berikut ini daftar file yang bisa didownload.

Palm:

Pocket PC (Beta version)

SmartPhone 2002

Symbian S60

Nokia 9500 dan 9300 Series

Symbian UIQ

Symbian S90

JAVA MIDP 2.0

BlackBerry

Nah selain aplikasi untuk HP tersebut, berikut juga aplikasi lain yang mungkin dapat bermanfaat bagi kita sebagai salah satu software pelengkap di komputer

Al Qur'an

Hadits


Ada anda ada aplikasi tambahan yang lain??
Selamat mencoba. ..


Rabu, 13 Januari 2010

Wanita dalam Pandangan Islam

Dalam Islam, wanita bukanlah musuh atau lawan kaum laki-laki. Sebaliknya wanita adalah bagian dari laki-laki demikian pula laki-laki adalah bagian dari wanita, keduanya bersifat saling melengkapi. (QS. Ali Imran (3) : 195)

Dalam Islam tidak pernah dibayangkan adanya pengurangan hak wanita atau penzhaliman wanita demi kepentingan laki-laki karena Islam adalah syariat yang diturunkan untuk laki-laki dan perempuan. Akan tetapi ada beberapa pemikiran keliru tentang wanita yang menyelusup ke dalam benak sekelompok umat Islam sehingga mereka senantiasa memiliki persepsi negatif terhadap watak dan peran wanita. Salah satu contohnya adalah perlarangan wanita keluar rumah untuk menuntut ilmu dan mendalami agama dengan alasan ada orang tua dan suami yang yang berhak dan berkewajiban mendidik serta memberikan pelajaran. Akibatnya mereka menghambat wanita dari pancaran ilmu pengetahuan dan memaksanya hidup dalam kegelapan dan kebodohan.

  1. Laki-laki dan wanita dari asal yang sama, QS. An Nisaa’ (4) : 1
  2. Tanggung jawab kemanusiaan seorang wanita, QS. Ali Imran (3) : 195
  3. Pembebasan wanita dari kezhaliman jahiliyah, QS. An Nahl (16) : 58-59
  4. Pembebasan wanita dari pengharaman hal yang baik pada masa jahiliyah. Seringkali wanita diharamkan untuk memakan sesuatu atau memiliki sesuatu. Ketika Islam datang maka pengharaman itu digugurkan, sehingga wanita memperoleh hak yang sama mengenai hal ini, QS. Al An’aam (6) : 139
  5. Pembebasan dari harta warisan dan dalam perkawinan, QS. An Nisaa’ (4) : 19
  6. Pembebasan dari buruknya hubungan keluarga akibat perkawinan. Pada masa jahiliyah, wanita yang telah menikah dengan bapaknya dapat diturunkan kepada anak yang dilahirkannya sehingga akan menimbulkan kerancuan dan kehancuran dalam keluarga namun setelah Islam datang semua itu diharamkan, QS. An Nisaa’ (4) : 22-23
  7. Penegasan tentang karakteristik wanita muslimah
a. Wanita dan pria memiliki peran yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, QS. Al Lail (92) : 1-4
b. Menutup aurat
Bila kita mau merenungi dan mengambil hikmah dari perintah Allah kepada muslimah untuk menutup aurat pada dasarnya adalah menjaga dan melindungi wanita itu dari kemungkinan negatif dari pandangan manusia yang melihatnya serta menjaganya agar dapat aman beraktivitas, QS. An Nur (24) : 31

c. Mendapat balasan yang sama dengan laki-laki di akhirat, QS. Al Hadid (57) : 12

Referensi :
1. Kebebasan Wanita Jilid 1, DR. Yusuf Qordhowi dan Muhammad Al Ghazali
2. Jati Diri Wanita Muslimah, Musthofa Muhammad Thahhan

Sabtu, 09 Januari 2010

Siapakah Ahlulbayt surat Al-Ahzab ayat 33??

Perbedaan penafsiran terhadap Al-Qur’an nampaknya menjadi sebuah keniscayaan di zaman ini. Antara mufassir yang satu dengan mufassir yang lain, sering kali terjadi perbedaan penafsiran atas suatu ayat Al-Qur’an tertentu. Termasuk perbedaan penafsiran terhadap surat Al-Ahzab ayat 33 tentang siapakah Ahlulbayt yang dimaksud dalam ayat tersebut.

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً

dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta’atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al-Ahzab ayat 33)

Masing-masing orang menafsirkannya dengan cara pandang yang berbeda dan dengan metode yang berbeda. Perbedaan cara pandang dan metode yang digunakan itu biasanya menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

Adapun beberapa metode penafsirannya ialah tafsir ayat dengan ayat, tafsir ayat dengan hadits, tafsir ayat dengan asbabun nuzul, tafsir ayat dengan ra’yu, dll.

Ada seorang kawan saya yang memiliki gaya diskusi yang sangat aneh, menafsirkan surat Al-Ahzab ayat 33 tersebut dengan metode tafsir ayat dengan ayat.

Mengapa saya katakan gaya diskusinya aneh? Karena saat dia berdiskusi dan kehabisan argumen, sering kali dia menyerang pribadi lawan diskusinya. Tentu segala cara pun ia tempuh untuk menyerang pribadi lawan diskusinya. Biasanya sih banyak orang yang tak tahan berdiskusi dengan dia. Bukan persoalan kalah argumen, tetapi karena tak tahan dirinya dijelek-jelekin.

Kembali ke pendapat kawan saya diatas. Dia berpendapat bahwa kata Ahlulbayt dalam surat Al-Ahzab ayat 33 tersebut berkenaan dengan istri-istri Nabi saja. Pendapat dia ini berdasarkan ayat Al-Qur’an yang lain yang juga berbicara tentang Ahlulbayt, dan kata ahlulbayt disitu berbicara tentang perempuan.

Ambil contoh dalam surat Hud ayat 72-73, Allah berfirman:

قَالَتْ يَا وَيْلَتَى أَأَلِدُ وَأَنَاْ عَجُوزٌ وَهَـذَا بَعْلِي شَيْخاً إِنَّ هَـذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ

قَالُواْ أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللّهِ رَحْمَتُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَّجِيدٌ

Isterinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.”

Para malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.”

Kata Ahlulbayt dalam ayat diatas, menurutnya, berbicara soal istri dari Ibrahim.

Demikian pula dalam surat Al-Qashash ayat 12:

وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِن قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ

dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?”.

Setelah ia hadapkan surat Al-Ahzab ayat 33 dengan kedua ayat diatas, kemudian dia mengambil sebuah kesimpulan bahwa Ahlulbayt yang terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 33 tersebut ditujukan ke perempuan dalam hal ini ialah istri-istri Nabi.

Sebuah Tanggapan

Saya tergerak untuk sekedar menanggapi pendapat kawan saya tadi. Semoga tanggapan ini tidak dimaknai sebagai sikap merasa diri paling benar sendiri. Apa yang saya lakukan ini hanyalah sebuah usaha untuk memahami dan memaknai ayat-ayat Al-Qur’an.

Metode yang digunakan oleh beliau tidaklah salah. Tetapi, menurut saya, proses penafsirannya yang masih cacat. Ada hal yang sama sekali tidak ia singgung, salah satunya ialah persoalan penggunaan kata ganti.

Mari kita simak Surat Al-Ahzab tersebut dari ayat 30-34.

Mulai dari Surat-Ahzab ayat 30-34 memang Allah berbicara soal istri-istri Nabi. Tetapi jika kita jeli, dalam surat Al-Ahzab ayat 33 itu sebetulnya terdiri dari dua kalimat:

1. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahuludan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta’atilah Allah dan Rasul-Nya.

2. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Pada kalimat yang pertama, Allah berbicara dengan menggunakan kata ganti jamak perempuan.

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ

wa qarna fii buyutikunna. Dan hendaknya kamu (perempuan) tetap dirumahmu (perempuan).

Tetapi pada kalimat yang kedua, Allah berbicara dengan menggunakan kata ganti jamak laki-laki perempuan:

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرا

Innamaa Yuriidullaahu Liyudzhiba ’Ankumurrijsa AhlalbaytiWayuthahhirakum Tathhiiraa. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Antara kalimat pertama dan kedua, terdapat perbedaan penggunakan kata ganti. Kalimat pertama menggunakan kata ganti “kunna” sedangkan kalimat kedua menggunakan kata ganti “kum”.

Jika kita hadapkan ini pada pendapat kawan saya diatas bahwa surat Al-Ahzab ayat 33 itu turun kepada perempuan, maka tidak sepenuhnya benar. Karena dalam surat Al-Ahzab ayat 33 tersebut ada kalimat yang menggunakan kata ganti laki-laki perempuan.

JADI ANGGAPAN BAHWA SURAT AL-AHZAB AYAT 33 YANG BERBICARA TENTANG AHLULBAYT ITU TURUN KEPADA PEREMPUAN ATAU ISTRI-ISTRI NABI, MAKA SUDAH DAPAT DIPASTIKAN ITU MENGADA-NGADA…ALIAS NGAWUR…

Saya menggunakan pendekatan bahasa terlebih dahulu untuk menafsirkan surat Al-Ahzab ayat 33 tersebut. Selain itu, saya juga menggunakan metode lain untuk mengetahuai siapakah Ahlulbayt yang dimaksud dalam ayat tersebut.

Bagi saya, ayat “Innamaa Yuriidullaahu Liyudzhiba ’Ankumurrijsa Ahlalbayti Wayuthahhirakum Tathhiiraa.” (QS Al Ahzab 33) adalah ayat yang turun sendiri terpisah dari ayat sebelum maupun sesudahnya. Apa alasannya?

Saya menggunakan metode penafsiran ayat dengan asbabun nuzul yang itu ada dalam kitab-kitab hadits standar Ahlulsunnah.

Dalam Sunan Tirmidzi hadis no 3205 dalam Shahih Sunan Tirmidzi Syaikh Al Albani

عن عمر بن أبي سلمة ربيب النبي صلى الله عليه و سلم قال لما نزلت هذه الآية على النبي صلى الله عليه و سلم { إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا } في بيت أم سلمة فدعا فاطمة و حسنا و حسينا فجللهم بكساء و علي خلف ظهره فجللهم بكساء ثم قال اللهم هؤلاء أهل بيتي فأذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا قالت أم سلمة وأنا معهم يا نبي الله ؟ قال أنت على مكانك وأنت على خير

Dari Umar bin Abi Salamah, anak tiri Nabi SAW yang berkata “Ayat ini turun kepada Nabi SAW {Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya.} di rumah Ummu Salamah, kemudian Nabi SAW memanggil Fatimah, Hasan dan Husain dan menutup Mereka dengan kain dan Ali berada di belakang Nabi SAW, Beliau juga menutupinya dengan kain. Kemudian Beliau SAW berkata “ Ya Allah Merekalah Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah Mereka sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata “Apakah Aku bersama Mereka, Ya Nabi Allah?. Beliau berkata “Kamu tetap pada kedudukanmu sendiri dan kamu dalam kebaikan”.


Jadi jelaslah sudah bahwa kata Ahlulbayt dalam surat Al-Ahzab ayat 33 itu merujuk kepada Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain. Anggapan bahwa Ahlulbayt dalam ayat tersebut itu turun kepada perempuan atau istri-istri Nabi, maka itu adalah anggapan yang teramat sangat ngawurnya.

Semoga Allah menjauhkan diri kita dari berbagai macam kengawuran seperti itu.

Wallahu a’lam.

Jumat, 08 Januari 2010

Mungkinkah IM, HT, dan Salafy bersatu???

Seiring tersebarnya dakwah salafiyah yang mubarokah ditengah-tengah ummat islam di negeri ini, tak ayal hal ini (dakwah salafiyah) menjadi momok bagi mereka (aktifis gerakan / hizbiyun). Hal ini tidak lain adalah karena Dakwah Salafiyah berusaha memisahkan antara yang hak dan yang bathil yang coba digabungkan lewat syubhat-syubhat para pengekor hawa nafsu pada zaman ini.

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. ” (QS.Al-Baqarah : 42)

Keinginan para pengekor hawa nafsu yang berusaha mencampur adukkan antara yang hak dan yang bathil tersebut tergambar dari upaya mereka dalam berbagai media yang berupaya menyamakan Manhaj Salafy dengan Ikhwanul Muslimin (IM) dan Hizbut Tahrir (HT), padahal telah nyata bahwa Kedua firqoh tersebut (IM dan HT) sangat jauh dari manhaj para salafus sholih.

sebagaimana kata syair ;

سارت مشرقة وسرت مغربا شتان بين مشرق ومغرب

Aduhai alangkah jauhnya timur dan barat

Dia berjalan ke timur dan aku berjalan ke barat

Maka ucapan mereka yang menyamakan Manhaj Salafy dengan Gerakan Ikhwanul Muslimin (IM) dan Hizbut Tahrir (HT) adalah merupakan kejahilan yang nyata. Mereka tidak mengenal Manhaj Salafy apalagi memahaminya.

Sekilas tentang Ikhwanul Muslimin

Mengenai IM telah kita maklumi bersama bahwa pergerakan ini tumbuh subur di Mesir, karenanya tidak heran jika para penuntut ilmu yang berasal dari negeri ini banyak terpengaruhi oleh pemikiran Hasan AlBanna. Sehingga tak heran jika lulusan-lulusan Universitas Kairo menjadi prajurit-prajurit pembela Ikhwanul Muslimin ketika kedoknya dibongkar oleh dakwah salafiyah.

“Ikhwanul Muslimin (IM) didirikan oleh Hasan AlBanna pada Dzulqoidah 1347H bertepatan dengan Maret 1928M.” [http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=303]

Hasan AlBanna berkata tentang IM, “Sesungguhnya dakwah Ikhwanul Muslimin adalah dakwah salafiyyah… tarekat sunniyah… hakekat shufiyyah…dan badan politik…” (Majmu’ah Rasa`il, hal. 122)

Pengakuan Hasan AlBanna bahwa dakwah IM adalah dakwah salafiyah ini tertolak oleh beberapa hal, diantaranya pernyataannya didalam Mudzakkiraat ad-Da’wah wa ad-Da’iyyah halaman 48 ;

“Aku sebutkan bahwasanya sebagian dari kebiasaan kami adalah keluar pada acara Maulid Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pada sebuah arak-arakan setelah sebelumnya kumpul. Hal ini berlansung setiap malam dari awal sampai tanggal 12 Rabi’ul Awwal, dimulai dari rumah salah seorang ikhwan. Suatu malam secara kebetulan kami bertemu, dansaat itu giliran pertemuan ada di rumah saudara kami Syaikh Syalaby ar-Rajjaal, maka kami pergi ba’da Isya’ sebagaimana biasa, maka kami dapati sebuah rumah yang terang benderang, bersih dan semua serba siap. Kemudian dibaginya minuman kopi dan qirfah (sejenis makanan dari kulit kambing) sebagaimana biasa. Dan kami keluar pada sebuah arak-arakan sambil mendendangkan nasyid-nasyid tertentu dengan penuh suka cita dan bahagia.”

Lihatlah wahai saudaraku, Bagaimana ini bisa terjadi ? Adakah petunjuk para salafus sholih untuk mengadakan arak-arakan memperingati maulid Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam ? Apakah ini yang dinamakan Dakwah salafiyah ? Oh, alangkah jauh panggang dari api, Alangkah jauh pengakuan Hasan AlBanna.

Saudaraku, masih banyak lagi penyimpangan-penyimpangan IM yang jauh dari petunjuk para salafus sholih, karenanya menyamakan IM dengan Manhaj Salafy adalah tindakan bodoh, yang sangat jauh dari kebenaran.

Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Syaikh Sholeh bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (seorang anggota kibarul ulama Saudi Arabiah) –hafidzahullahu- ketika ditanya :

Apakah dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab merupakan dakwah Islamiyah Hizbiyah seperti Jama’ah Ikhwanul Muslimin dan Tabligh ? Apa nasehat anda bagi orang yang mengatakan seperti ini dan menyebarluaskannya dalam buku-buku ?

Beliau menjawab : “Sesungguhnya dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab –rahimahullohu ‘anhu- diatas manhaj salafush sholeh baik dalam bidang ushul/pokok (agama) maupun cabangnya. Dakwah beliau tidak lain hanyalah menelusuri metode ahlu sunnah baik yang terdahulu maupun yang terakhir dan bukan sebuah hizbiyah/kelompok. Adapun Jama’ah Ikhwanul Muslimin dan Tabligh dan yang lainnya maka kita seru mereka semua untuk mengembalikan metode mereka kepada Al-Qur’an dan Sunnah serta petunjuk dan pemahaman salafush sholeh serta menimbangnya dengan hal tersebut. Jika sesuai maka –alhamdulillah- dan jika menyelisihi maka harus diluruskan.” [AlAjwibah AlMufidah 'an asilatil manahij aljadidah hal.69-73 oleh Syaikh Sholeh Al-Fauzan]

Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

ما من نبي بعثه الله في أمة قبلي إلا كان له من أمته حواريون وأصحاب يأخذون بسنته ويقتدون بأمره ثم إنها تخلف من بعدهم خلوف يقولون ما لا يفعلون ويفعلون ما لا يؤمرون فمن جاهدهم بيده فهو مؤمن ومن جاهدهم بلسانه فهو مؤمن ومن جاهدهم بقلبه فهو مؤمن وليس من وراء ذلك من الإيمان حبة خردل

“Tidak ada seorang Nabi pun yang Alloh utus ditengah-tengah umatnya sebelumku kecuali terdapat dikalangan ummatnya kaum hawariyun (para pengikut yang setia) dan para sahabat yang mengikuti sunnahnya dan mentaati perintahnya. Kemudian akan muncul setelah mereka generasi yang mengatakan sesuatu yang mereka kerjakan dan mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Barangsiapa yang berjihad menghadapi mereka dengan tanganya maka dialah Mukmin. Dan barangsiapa yang berjihad melawan mereka dengan hartanya maka dialah mukmin, dan siapa saja yang berjihad melawan mereka dengan hatinya maka dialah mukmin. Dan tidak ada yang selain itu keimanan walau seberat biji sawi.” [HR. Muslim]

Sekilas Tentang Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin Nabhani (1909 – 1979 M), kelahiran Ijzim, kampung di daerah Haifa Palestina.

Dia (Taqiyuddin Nabhani) adalah orang yang terpengaruh pada pemikiran Mu’tazillah, hal ini sebagaimana perkataannya, “Aqidah seorang muslim harus bersandar kepada akal atau pada sesuatu yang telah terbukti dengan akal atau yang datang dari sumber berita yang yakin dan pasti (qoth’i), yaitu apa-apa yang yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an dan hadits qoth’i yaitu hadits yang mutawatir. Apa saja yang tidak terbukti dengan kedua jalan tadi, yaitu akal serta nash Al-Qur’an dan hadits mutawatir, haram baginya untuk mengimaninya (menjadikannya sbagai aqidah). Sebab aqidah tidak boleh dambil kecuali dengan kepastian “.

Inilah kenapa Syeikh Nashiruddin Al-Albany -rahimahullohu ‘anhu- menjuluki mereka (HT) dengan Neo Mu’tazillah. Syeikh Al-Bany –rahiamhullohu ‘anhu- berkata

“Firqah ini dibangun oleh sebagian khalaf (generasi akhir), dan mereka itu adalah Mu’tazilah zaman ini. Dan pengikut mereka di jaman sekarang ini (yang serupa) minimal dalam masalah akidah adalah Hizbut Tahrir (HT)” [Hizbut Tahrir Mu’tazilah Gaya Baru, Syaikh Al Albani]

Dalam hal pemahaman mereka yang mengagungkan akal tersebut, shahabat ‘Ali bin Abi Thalib radiyallahu ‘anhu telah berkata: “Kalaulah agama ini berdasarkan akal, niscaya bagian bawah khuf lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya.” (HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya no. 162, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani).

Juga atsar Dari Umar bin Khatthab -radhiallohu ‘anhu- beliau berkata,

إياكم وأصحاب الرأي فإنهم أعداء السنة أعيتهم الأحاديث أن يحفظوها فقالوا بالرأي فضلوا وأضلـوا

“Waspadalah kalian terhadap Ashhabur Ra’yi (Ahli filsafat), karena mereka merupakan musuh-musuh sunnah, hadits-hadits telah memberatkan mereka untuk menghafalnya, mereka pun berkata dengan logikanya maka dia sesat dan menyesatkan.” [HR. Ibnu Syaibah] [Kun salafiyan ‘alal Jaddah, DR. Abdussalam bin Salim As-Suhaimi]

Masih banyak lagi penyimpangan mereka (HT) baik dalam Aqidah maupun fiqh yang kesemuanya itu tidak mungkin kami sebutkan secara terperinci, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu.

Maka tidak mereka (HT) berjalan diatas manhaj yang shahih, sebagaimana manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah. Sehingga tidaklah mungkin HT dapat disamakan apalagi dimasukkan dalam golongan Ahlussunnah wal Jamaah, dikarenakan jauhnya dari jalan yang ditempuh Salafus sholih.

Sekilas tentang Manhaj Salafy

Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan –hafidzahullahu- berkata : “Salafiyah adalah meniti jejak salaf dari kalangan sahabat, tabi’in dan generasi yang utama baik dalam aqidah, pemahaman, dan akhlak. Dan wajib bagi setiap muslim untuk mengikuti jalan mereka”. [Al-Ajwibah Al-Mufidah hal.103-104]

Lajnah Daimah mengatakan : “Salafiyah adalah nisbat kepada salaf dan salaf itu adalah para sahabat Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam serta para imam petunjuk dari tiga generasi Islam yang pertama radhiallohu ‘anhum yang telah dipuji oleh Rasulullah dalam sabda beliau :

خَيرُ النَاسِ قَرنِي ثُمَّ الذِينَ يَلُونَهُم ثُمَّ الذِينَ يَلُونَهُم

[Artinya : "Sebaik-baik generasi adalah generasiku (sahabat) kemudian setelah mereka (tabi'in) kemudian setelah mereka (Tabi'ut tabi'in)" (HR.Bukhori, Muslim dan Ahmad). Salafiyun jamak dari Salafi yang merupakan nisbat kepada salaf yang artinya orang-orang yang berjalan diatas manhaj salaf dengan mengikuti Al-Qur'an dan sunnah serta berdakwah kepada keduanya dan mengamalkannya, maka mereka itulah yang disebut sebagai ahlu sunnah wal jama'ah". [Al-Lajnah Ad-daaimah lil buhust al-ilmiyah no.1361.]

Syaikh Bakar bin Abdillah Abu Zaid –hafidzahullahu- berkata : “Jadilah engkau sebagai seorang Salafi yang menelusuri jejak salafush sholeh dari kalangan sahabat radhiallohu ‘anhum dan yang mengikuti mereka dengan baik dalam permasalahan agama ini seperti tauhid, ibadah dan selainnya”. [Hilyah tholibil ilmi hal 28 disyarah oleh Syaikh Al-Utsaimin]

Adapun Manhaj salaf tidak bersikap lunak terhadap bid’ah dan pelakunya. Tidak seperti firqoh-firqoh lain semisal IM dan HT yang masih melanggengkan perbuatan bid’ah bahkan menjadi sponsor amalan-amalan bid’ah.

Padahal Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

“Barangsiapa yang mengada-adakan perkara yang baru dalam urusan kami yang tidak ada contohnya dari kami maka ia tertolak.”

Dan beliau Shallallohu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد

“Siapasaja yang mengerjakan satu amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka amalan itu tertolak.”

Demikianlah sekilas tentang manhaj salafy, manhaj yang berjalan diatas jalan yang lurus, sesuai panduan Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam serta teladan sahabat radhiallohu ‘anhum. Menghidupkan kembali As-Sunnah serta berusaha memberantas kesyirikan dan kebid’ahan serta penyimpangan-penyimpangan yang dihembuskan oleh pengekor hawa nafsu ketengah-tengah umat Islam.

واتبع سبيل من أناب إلي

“Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada Ku” [QS. Luqman : 15]

Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, dan Nashrani telah terpecah menjadi 72 golongan, dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya ada di neraka kecuali satu. Maka mereka (para shahabat) bertanya : “Siapa dia ya Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Dia adalah apa yang aku dan shahabatku berada di atasnya.” [HR. Abu Dawud] [Dzilalul Jannah, Kary. Asy-Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany]

Atas dasar inilah Syeikh AlBany –rahimahullohu ‘anhu- berkata ; “Golongan atau kelompok atau perkumpulan atau jamaah apa saja dari perkumpulan Islamiyah, selama mereka semua tidak berdiri di atas Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam serta di atas manhaj (jalan/cara) Salafus Shalih, maka dia (golongan itu) berada dalam kesesatan yang nyata!”

Beliau (Syeikh AlBany) juga menambahkan ; “Tidak diragukan lagi bahwasanya golongan (hizb) apa saja yang tidak berdiri di atas tiga dasar ini (Al Qur’an, Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan Manhaj Shalafus Shalih) maka akan berakibat atau membawa kerugian pada akhirnya walaupun mereka itu (dalam dakwahnya) ikhlas.”

Kesimpulan

Setelah mengetahui bagaimana keadaan IM dan HT tersebut yang memiliki penyimpangan-penyimpangan dalam aqidah serta jalan yang mereka tempuh. Maka dari sisi manakah mereka dapat disamakan dengan Manhaj Salafy ?

Upaya mereka yang ingin menyamakan dan menggabungkan IM, HT dan Salafy adalah isapan jempol belaka. Bagaimana mungkin firqoh IM dan HT yang notabene tidak berada diatas Manhaj Rosululloh hendak disamakan apalagi digabungkan dengan Manhaj Salafy yang berjalan diatas Manhaj Rosululloh ?

Maka jika menginginkan ummat Islam bersatu, ikutilah solusi yang diberikan oleh Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasalam, Hadits dari ‘Irbadl bin Sariyah radhiallahu ‘anhu

وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما بعد صلاة الغدة موعظة بليغة ذرفت منها العيون ووجلت منها القلوب, فقال رجل: إن هذه موعظة مودع فماذا تعد إلينا يا رسول الله, قال: “أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبد حبشي فإن من يعش منكم يرى اختلافا كثيرا وإياكم ومحدثات الأمور فإنها ضلالة فمن أدرك ذلك منكم فعليه بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المحديين عضوا عليها بالنواجد…”

“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menasehati kami setelah sholat dengan nasehat yang menggetarkan hati dan membelalakkan mata, maka kami berkata:’Ya Rasulullah, ini seperti nasehat orang yang akan berpisah, maka wasiatilah kami’. Beliau bersabda: ”Aku wasiatkan pada kalian untuk bertaqwa, mendengar dan ta’at, meskipun yang memerintah kalian adalah seorang Habasyiy (budak). Barangsiapa diantara kalian hidup setelahku, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian untuk berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafa’ ar-rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah ia dengan gigi gerahammu…” (HR. Abu Dawud no. 4607; AT-Tirmidzi no. 2676; Ibn Majah no. 42; Ahmad 4/126,127).

Bersatulah diatas Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman salafus sholih, tinggalkan segala atribut kepartaian, murnikanlah aqidah dan hidupkanlah Sunnah.

Tinggalkan firqoh-firqoh yang menyelisihi Al-Quran dan As-Sunnah, ikutilah petunjuk Alloh Ta’ala dan RosulNya,

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya.” (QS. Al An’am : 153)

Oleh karena itu seyogyanya seorang Muslim dan Muslimah hendaknya mengetahui bahwa suatu garis kalau sudah bengkok pada awalnya (pangkalnya) maka akan semakin jauh dari garis yang lurus. Dan setiap ia melangkahkan kakinya akan semakin bertambahlah penyelewengannya.

Semoga Alloh memberikan hidayah kepada kita semua untuk tegak berdiri dijalan yang lurus, yakni jalan yang telah ditempuh oleh salafus sholih. Serta diberikan kekuatan untuk menghidupkan As-Sunnah dan menjauhi perkara-perkara bid’ah.

Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah by Wikipedia

Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah atau Ahlus-Sunnah wal Jama'ah (Bahasa Arab: أهل السنة والجماعة) atau lebih sering disingkat Ahlul-Sunnah (bahasa Arab: أهل السنة) atau Sunni. Ahlussunnah adalah mereka yang senantiasa tegak di atas Islam berdasarkan Al Qur'an dan hadits yang shahih dengan pemahaman para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in. Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan ±10% menganut aliran Syi'ah

Terminologi

Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang mengikuti sunnah dan berpegang teguh dengannya dalam seluruh perkara yang Rasulullah berada di atasnya dan juga para sahabatnya. Oleh karena itu Ahlus Sunnah yang sebenarnya adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat.

Sejarah

Fitnah di tubuh Islam

Fitnah pada saat wafatnya Rasulullah Muhammad

Ketika Rasulullah Muhammad SAW wafat, maka terjadilah kesalahpahaman antara golongan Muhajirin dan Anshar siapa yang selanjutnya menjadi pemimpin kaum muslimin. Para sahabat melihat hal ini akan mengakibatkan perang saudara antar kaum muslimin muhajirin dan anshor. Setelah masing-masing mengajukan delegasi untuk menentukkan siapa Khalifah pengganti Rasulullah. Akhirnya disepakati oleh kaum muslimin untuk mengangkat Abu Bakar sebagai Khalifah.

Fitnah masa khalifah ke-3

Pada masa kekhalifahan ke-3, Utsman bin Affan, terjadi fitnah yang cukup serius di tubuh Islam pada saat itu, yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Utsman. Pembunuhnya ialah suatu rombongan delegasi yang didirikan oleh Abdullah bin Saba' dari Mesir yang hendak memberontak kepada Khalifah dan hendak membunuhnya. Abdullah bin Saba' berhasil membangun pemahaman yang sesat untuk mengadu domba umat Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam. Kemudian masyarakat banyak saat itu, terutama disponsori oleh para bekas pelaku pembunuhan terhadap Utsman, berhasil membunuh beliau dengan sadis ketika beliau sedang membaca Qur'an.

Fitnah masa khalifah ke-4

Segera setelah bai'at Khalifah Ali mengalami kesulitan bertubi-tubi. Orang-orang yang terpengaruh Abdullah bin Saba' terus menerus mengadu domba para sahabat. Usaha mereka berhasil. Para sahabat salah paham mengenai kasus hukum pembunuhan Utsman. Yang pertama berasal dari janda Rasulullah SAW, Aisyah, yang bersama dengan Thalhah dan Zubair berhasil diadu domba hingga terjadilah Perang Jamal atau Perang Unta. Dan kemudian oleh Muawiyah yang diangkat oleh Utsman sebagai Gubernur di Syam, mengakibatkan terjadinya Perang Shiffin. Melihat banyaknya korban dari kaum muslimin, maka pihak yang berselisih mengadakan ishlah atau perdamaian. Para pemberontak tidak senang dengan adanya perdamaian diantara kaum muslimin. Kemudian terjadi usaha pembangkangan oleh mereka yang pada awalnya berpura-pura / munafik. Merekalah Golongan Khawarij

Tahun Jama'ah

Kaum Khawarij ingin merebut kekhalifahan. Tapi terhalang oleh Ali dan Muawiyah, sehingga mereka merencanakan untuk membunuh keduanya. Ibnu Muljam dari Khawarij berhasil membunuh Khalifah Ali pada saat khalifah mengimami shalat subuh di Kufah, tapi tidak terhadap Muawiyah karena dijaga ketat. Bahkan Muawiyah berhasil mengkonsolidasikan diri dan umat Islam, berkat kecakapan politik dan ketegaran kepemimpinannya. Karena belajar oleh berbagai pertumpahan darah, kaum muslim secara pragmatis dan realistis mendukung kekuasaan de facto Muawiyah. Maka tahun itu, tahun 41 Hijriyah, secara khusus disebut tahun persatuan ('am al-jama'ah).

Sunnah Madinah

Kaum muslimin mendalami agama berdasarkan Al-Qur'an, dan memperhatikan serta ingin mempertahankan sunnah Nabi di Madinah. Akhirnya ilmu hadits yang berkembang selama beberapa abad, sampai tuntasnya masalah pembukuan hadis sebagai wujud nyata Sunnah pada sekitar akhir abad ke-3 hijriyah. Saat itu, lengkap sudah kodifikasi hadis dan menghasilkan al-Kutub al-Sittah (Buku Yang Enam) yakni oleh al-Bukhari (w. 256 H), Muslim (w. 261 H), Ibnu Majah (w. 273 H), Abu Dawud (w. 275), al-Turmudzi (w. 279 H), dan al-Nasa'i (w. 303 H).

Perkembangannya kemudian

Ahlus-Sunnah pada masa kekuasaan Bani Umayyah masih dalam keadaan mencari bentuk, hal ini dapat dilihat dengan perkembangan empat mazhab yang ada di tubuh Sunni. Abu Hanifah, pendiri Mazhab Hanafi, hidup pada masa perkembangan awal kekuasaan Bani Abbasiyah.

Mazhab / aliran Fikih

Terdapat empat mazhab yang paling banyak diikuti oleh Muslim Sunni. Di dalam keyakinan sunni empat mazhab yang mereka miliki valid untuk diikuti, perbedaan yang ada pada setiap mazhab tidak bersifat fundamental. Perbedaan mazhab bukan pada hal Aqidah (pokok keimanan) tapi lebih pada tata cara ibadah. Para Imam mengatakan bahwa mereka hanya ber-ijtihad. Mengikuti hasil ijtihad tanpa mengetahui dasarnya adalah terlarang, karena rujukan kita adalah Rasulullah saw.

Hanafi

Didirikan oleh Imam Abu Hanifah, Mazhab Hanafi adalah yang paling dominan di dunia Islam (sekitar 45%), penganutnya banyak terdapat di Asia Selatan (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka, dan Maladewa), Mesir bagian Utara, separuh Irak, Syria, Libanon dan Palestina (campuran Syafi'i dan Hanafi), Kaukasia (Chechnya, Dagestan).[rujukan?]

Maliki

Didirikan oleh Imam Malik, diikuti oleh sekitar 20% muslim di seluruh dunia. Mazhab ini dominan di negara-negara Afrika Barat dan Utara.[rujukan?] Mazhab ini memiliki keunikan dengan menyodorkan tatacara hidup penduduk madinah sebagai sumber hukum karena Nabi Muhammad hijrah, hidup dan meninggal di sana dan terkadang kedudukannya dianggap lebih tinggi dari hadits.

Syafi'i

Dinisbatkan kepada Imam Syafi'i memiliki penganut sekitar 28% muslim di dunia. Pengikutnya tersebar di Turki, Irak, Syria, Iran, Mesir, Somalia, Yaman, Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina, Sri Lanka dan menjadi mazhab resmi negara Malaysia dan Brunei.[rujukan?]

Hambali

Dimulai oleh para murid Imam Ahmad bin Hambal. Mazhab ini diikuti oleh sekitar 5% muslim di dunia dan dominan di daerah semenanjung Arab. Mazhab ini merupakan mazhab yang saat ini dianut di Arab Saudi.

Senin, 04 Januari 2010

Breaking News...

Kelaparan, Anak-anak di Gaza makan rumput untuk sekedar bertahan hidup

Kondisi umat Islam di Gaza, Palestina, sangat menyedihkan khususnya setelah distribusi bantuan makanan bagi rakyat Palestina di Jalur Gaza dihentikan PBB dengan alasan kekurangan bahan bakar.

Orang-orang Palestina telah berada dalam kesulitan untuk mendapatkan makanan sejak Palestina diduduki pada tahun 1946. Di beberapa resort, bahkan sebagian lagi memakan rumput.

Badan PBB yang mengelola distribusi bantuan, UNRWA, menghentikan pengiriman bantuan makanan ke Gaza dua minggu lalu karena kendaraan mereka mengalami kekurangan bahan bakar. Lebih dari 80% penduduk Gaza mengandalkan bantuan kemanusiaan, dengan pasokan makanan dari PBB memenuhi kebutuhan 1,5 juta orang. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak.

Cris Gunness, juru bicara UNRWA mengatakan bahwa bantuan kepada 650.000 orang harus dihentikan sementara. Israel benar-benar kejam, setelah tanah Palestina dirampas, mereka membiarkan orang-orang Islam Palestina hidup dalam kesengsaraan dan kelaparan.

Sampai kapan situasi menyedihkan dan mengiriskan ini berlangsung? Sementara ada sebagian orang Arab yang akan berencana membeli seorang penyerang sepakbola asal Spanyol bernama Fernando Torres dengan tawaran yang—ehm, bisa mengurut dada—Rp 2,2 trilyun! (Apa ini???)

Mungkin Neraka begini ya...???

Mungkin teman sekalian dah pada tau yang namanya neraka. Neraka merupakan suatu tempat yang diyakini oleh penganut beberapa agama dan atau aliran kepercayaan sebagai tempat kesengsaraan abadi setelah mati. Tempat ini berada di alam gaib sebagai balasan atas perbuatan manusia yang dinilai menyimpang dari aturan agama.


Neraka adalah tempat penyiksaan bagi mahluk Allah yang membangkang. Mereka adalah orang-orang yang membangkang terhadap syariat Allah dan mengingkari Rasulullah saw.

Kata neraka sering disebutkan dalam kitab suci Al-Qur'an dan jumlahnya sangat banyak sekali. Dalam bahasa Arab disebut naarالنار (ar)* (an-nār).

Siapapun orang yang dimasukkan ke dalam neraka, dia tidak akan keluar darinya. Pintu neraka berdiri kokoh dan tertutup rapat. Itulah pejara bagi orang-orang yang menganggap remeh berita tentang pengadilan akhirat.
Sumber : wikipedia.com

Coba liat sebentar cerita saya, mungkin kita2 sekalian bisa mengambil pelajaran.

Seseorang bernama ARDY (please, jangan ada yang kesinggung ya kalo kebetulan ada yang namanya sama ) pada saat di dunia selalu berbuat jahat, semua perbuatan jahat telah ia lakukan mulai dari membunuh, memperkosa, dll..

Kemudian tiba saatnya ajal menjelang dan ia divonis masuk neraka yang paling dalam...yaitu neraka tingkat tujuh...


Pada saat melewati masing2 tingkat, ia melihat ada yang disetrika, ditusuk dari ubur sampe mulut, dicongkel matanya, dsb...ia pun jadi takut dan pengen lari dari neraka. Namun apa daya ia dikawal oleh Malaikat Penjaga Neraka yang super kuat, jadi ia gak bisa kabur..

Nah...Ketika memasuki neraka ketujuh, ia pun mendapati seseorang yang lagi duduk2 sambil ngerokok. Ia pun ngomong dengan lantang :

"INI NIH YANG ANE DEMEN"

Masuklah dia ke dalamnya,Pas didekatinnya si orang yang lagi merokok, tiba2 ada bunyi bel, lalu penjaga neraka berkata...

"SEBENTAR LAGI HIDANGAN AKAN DISIAPKAN"

Si Ardy berkata lagi dengan Lantang :
"wah, ane tambah demen nih ama neraka, udah bisa ngerokok, dapat makan pula"

Lalu dia melihat ada banyak yang mengantri...Dia pun cepet2 mengantri...

Ternyata eh ternyata :
Ternyata Orang yang mengantri akan di goreng dalam kuali besar untuk hidangan makan malam sang RAJA NERAKA
Orang yang merokok tadi hanya istirahat sebentar...
Setelah digoreng dan dimakan, mereka akan dihidupkan dan diperlakukan seperti itu secara terus-menerus.

Jumat, 01 Januari 2010

Apa itu HT / Hizbut Tahrir???

Hizbut Tahrir (untuk selanjutnya disebut HT) telah memproklamirkan diri sebagai kelompok politik (parpol), bukan kelompok yang berdasarkan kerohanian semata, bukan lembaga ilmiah, bukan lembaga pendidikan (akademis) dan bukan pula lembaga sosial (Mengenal HT, hal. 1). Atas dasar itulah, maka seluruh aktivitas yang dilakukan HT bersifat politik, baik dalam mendidik dan membina umat, dalam aspek pergolakan pemikiran dan dalam perjuangan politik. (Mengenal HT, hal. 16)
Adapun aktivitas dakwah kepada tauhid dan akhlak mulia, sangatlah mereka abaikan. Bahkan dengan terang-terangan mereka nyatakan: “Demikian pula, dakwah kepada akhlak mulia tidak dapat menghasilkan kebangkitan…, dakwah kepada akhlak mulia bukan dakwah (yang dapat) menyelesaikan problematika utama kaum muslimin, yaitu menegakkan sistem khilafah.”(Strategi Dakwah HT, hal. 40-41). Padahal dakwah kepada tauhid dan akhlak mulia merupakan misi utama para nabi dan rasul.
Allah Ta’ala menegaskan:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلاً أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhilah segala sesembahan selain-Nya’.” (An-Nahl: 36)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam juga menegaskan:
بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكاَرِمَ اْلأَخْلاَقِ

“Aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang bagus.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Ahmad, dan Al-Hakim. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 45)

Tujuan dan Latar Belakang
Mewujudkan kembali Daulah Khilafah Islamiyyah di muka bumi, merupakan tujuan utama yang melatarbelakangi berdirinya HT dan segala aktivitasnya. Yang dimaksud khilafah adalah kepemimpinan umat dalam suatu Daulah Islam yang universal di muka bumi ini, dengan dipimpin seorang pemimpin tunggal (khalifah) yang dibai’at oleh umat. (Lihat Mengenal HT, hal. 2, 54 )

Para pembaca, tahukah anda apa yang melandasi HT untuk mewujudkan Daulah Khilafah Islamiyyah di muka bumi? Landasannya adalah bahwa semua negeri kaum muslimin dewasa ini –tanpa kecuali– termasuk kategori Darul Kufur (negeri kafir), sekalipun penduduknya kaum muslimin. Karena dalam kamus HT, yang dimaksud Darul Islam adalah daerah yang didalamnya diterapkan sistem hukum Islam dalam seluruh aspek kehidupan termasuk dalam urusan pemerintahan, dan keamanannya berada di tangan kaum muslimin, sekalipun mayoritas penduduknya bukan muslim. Sedangkan Darul Kufur adalah daerah yang didalamnya diterapkan sistem hukum kufur dalam seluruh aspek kehidupan, atau keamanannya bukan di tangan kaum muslimin, sekalipun seluruh penduduknya adalah muslim. (Lihat Mengenal HT, hal. 79)

Padahal tolok ukur suatu negeri adalah keadaan penduduknya, bukan sistem hukum yang diterapkan dan bukan pula sistem keamanan yang mendominasi. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Keberadaan suatu bumi (negeri) sebagai Darul Kufur, Darul Iman, atau Darul Fasiqin, bukanlah sifat yang kontinu (terus-menerus/langgeng) bagi negeri tersebut, namun hal itu sesuai dengan keadaan penduduknya. Setiap negeri yang penduduknya adalah orang-orang mukmin lagi bertakwa maka ketika itu ia sebagai negeri wali-wali Allah. Setiap negeri yang penduduknya orang-orang kafir maka ketika itu ia sebagai Darul Kufur, dan setiap negeri yang penduduknya orang-orang fasiq maka ketika itu ia sebagai Darul Fusuq. Jika penduduknya tidak seperti yang kami sebutkan dan berganti dengan selain mereka, maka ia disesuaikan dengan keadaan penduduknya tersebut.” (Majmu’ Fatawa, 18/282)

Para pembaca, mengapa –menurut HT– harus satu khilafah? Jawabannya adalah, karena seluruh sistem pemerintahan yang ada dewasa ini tidak sah dan bukan sistem Islam. Baik itu sistem kerajaan, republik presidentil (dipimpin presiden) ataupun republik parlementer (dipimpin perdana menteri). Sehingga merupakan suatu kewajiban menjadikan Daulah Islam hanya satu negara (khilafah), bukan negara serikat yang terdiri dari banyak negara bagian. (Lihat Mengenal HT, hal. 49-55)

Ahlus Sunnah Wal Jamaah berkeyakinan bahwa pada asalnya Daulah Islam hanya satu negara (khilafah) dan satu khalifah. Namun, jika tidak memungkinkan maka tidak mengapa berbilangnya kekuasaan dan pimpinan.
 Al-’Allamah Ibnul Azraq Al-Maliki, Qadhi Al-Quds (di masanya) berkata: “Sesungguhnya persyaratan bahwa kaum muslimin (di dunia ini) harus dipimpin oleh seorang pemimpin semata, bukanlah suatu keharusan bila memang tidak memungkinkan.” (Mu’amalatul Hukkam, hal. 37)
 Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: “Para imam dari setiap madzhab bersepakat bahwa seseorang yang berhasil menguasai sebuah negeri atau beberapa negeri maka posisinya seperti imam (khalifah) dalam segala hal. Kalaulah tidak demikian maka (urusan) dunia ini tidak akan tegak, karena kaum muslimin sejak kurun waktu yang lama sebelum Al-Imam Ahmad sampai hari ini, tidak berada di bawah kepemimpinan seorang pemimpin semata.” (Mu’amalatul Hukkam, hal. 34)
 Al-Imam Asy-Syaukani berkata: “Adapun setelah tersebarnya Islam dan semakin luas wilayahnya serta perbatasan-perbatasannya berjauhan, maka dimaklumilah bahwa kekuasaan di masing-masing daerah itu di bawah seorang imam atau penguasa yang menguasainya, demikian pula halnya daerah yang lain. Perintah dan larangan sebagian penguasapun tidak berlaku pada daerah kekuasaan penguasa yang lainnya. Oleh karenanya (dalam kondisi seperti itu -pen) tidak mengapa berbilangnya pimpinan dan penguasa bagi kaum muslimin (di daerah kekuasaan masing-masing -pen). Dan wajib bagi penduduk negeri yang terlaksana padanya perintah dan larangan (aturan -pen) pimpinan tersebut untuk menaatinya.” (As-Sailul Jarrar, 4/512)
Demikian pula yang dijelaskan Al-Imam Ash-Shan’ani, sebagaimana dalam Subulus Salam (3/347), cet. Darul Hadits.

Kapan HT Didirikan?
Kelompok sempalan ini didirikan di kota Al-Quds (Yerusalem) pada tahun 1372 H (1953 M) oleh seorang alumnus Universitas Al-Azhar Kairo (Mesir) yang berakidah Maturidiyyah1 dalam masalah asma` dan sifat Allah, dan berpandangan Mu’tazilah dalam sekian permasalahan agama. Dia adalah Taqiyuddin An-Nabhani, warga Palestina yang dilahirkan di Ijzim Qadha Haifa pada tahun 1909. Markas tertua mereka berada di Yordania, Syiria dan Lebanon (Lihat Mengenal HT, hal. 22, Al-Mausu’ah Al-Muyassarah, hal. 135, dan Membongkar Selubung Hizbut Tahrir (1) hal. 2, Asy-Syaikh Abdurrahman Ad-Dimasyqi). Bila demikian akidah dan pandangan keagamaan pendirinya, lalu bagaimana keadaan HT itu sendiri?! Wallahul musta’an.

Landasan Berpikir Hizbut Tahrir
Landasan berpikir HT adalah Al Qur‘an dan As Sunnah, namun dengan pemahaman kelompok sesat Mu’tazilah bukan dengan pemahaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabatnya. Mengedepankan akal dalam memahami agama dan menolak hadits Ahad dalam masalah akidah merupakan ciri khas keagamaan mereka. Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila ahli hadits zaman ini, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah, menjuluki mereka dengan Al-Mu’tazilah Al-Judud (Mu’tazilah Gaya Baru).
Padahal jauh-jauh hari, shahabat ‘Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu telah berkata: “Kalaulah agama ini tolok ukurnya adalah akal, niscaya bagian bawah khuf lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya.”2 (HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya no. 162, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)

Demikian pula (Hizbut Tahrir, red) menolak hadits Ahad dalam masalah akidah, berarti telah menolak sekian banyak akidah Islam yang telah ditetapkan oleh ulama kaum muslimin. Diantaranya adalah: keistimewaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam atas para nabi, syafaat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam untuk umat manusia dan untuk para pelaku dosa besar dari umatnya di hari Kiamat, adanya siksa kubur, adanya jembatan (ash-Shirath), Telaga (Al Haudh, red) dan Timbangan Amal di hari Kiamat (Al Mizan, red), munculnya Dajjal, munculnya Al-Imam Mahdi, turunnya Nabi ‘Isa ‘alaihissalam di akhir zaman, dan lain sebagainya.

Adapun dalam masalah fiqih, akal dan rasiolah yang menjadi landasan. Maka dari itu HT mempunyai sekian banyak fatwa nyeleneh. Diantaranya adalah: boleh mencium wanita non muslim, boleh melihat gambar porno, boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram, boleh bagi wanita menjadi anggota dewan syura mereka, boleh mengeluarkan jizyah (upeti) untuk negeri kafir, dan lain sebagainya. (Al-Mausu’ah Al-Muyassarah, hal. 139-140) (Hizbut Tahrir Indonesia menolak hal ini mentah-mentah, padahal fatwa ini ma’ruf terkenal di luar Indonesia, hal ini tidak lain agar ummat yg sudah direngkuhnya tidak lari karenanya, red).

Langkah Operasional untuk Meraih Khilafah
Bagi HT, khilafah adalah segala-galanya. Untuk meraih khilafah tersebut, HT menetapkan tiga langkah operasional berikut ini:
1. Mendirikan Partai Politik
Dengan merujuk Surat Ali ‘Imran ayat 104, HT berkeyakinan wajibnya mendirikan partai politik. Untuk mendirikannya maka harus ditempuh tahapan pembinaan dan pengkaderan (Marhalah At-Tatsqif) (Lihat Mengenal HT hal. 3). Pada tahapan ini perhatian HT tidaklah dipusatkan kepada pembinaan tauhid dan akhlak mulia. Akan tetapi mereka memusatkannya kepada pembinaan kerangka Hizb (partai), memperbanyak pendukung dan pengikut, serta membina para pengikutnya dalam halaqah-halaqah dengan tsaqafah (materi pembinaan) Hizb secara intensif, hingga akhirnya berhasil membentuk partai. (Lihat Mengenal HT hal. 22, 23)

Adapun pendalilan mereka dengan Surat Ali ‘Imran ayat 104 tentang wajibnya mendirikan partai politik, maka merupakan pendalilan yang jauh dari kebenaran. Adakah diantara para shahabat Rasulullah Radiyallahu ‘anhu, para Tabi’in, para Tabi’ut Tabi’in dan para Imam setelah mereka yang berpendapat demikian?! Kalaulah itu benar, pasti mereka telah mengatakannya dan saling berlomba untuk mendirikan parpol! Namun kenyataannya mereka tidak seperti itu. Apakah HT lebih mengerti tentang ayat tersebut dari mereka?!
Cukup menunjukkan batilnya pendalilan ini adalah bahwa parpol terbangun di atas asas demokrasi, yang amat bertolak belakang dengan Islam. Bagaimana ayat ini dipakai untuk melegitimasi sesuatu yang bertolak belakang dengan makna yang dikandung ayat? Wallahu a’lam.

2. Berinteraksi dengan Umat (Masyarakat)
Berinteraksi dengan umat (Tafa’ul Ma’al Ummah) merupakan tahapan yang harus ditempuh setelah berdirinya partai politik dan berhasil dalam tahapan pembinaan dan pengkaderan. Pada tahapan ini, sasaran interaksinya ada empat:
- Pertama: Pengikut Hizb, dengan mengadakan pembinaan intensif agar mampu mengemban dakwah, mengarungi medan kehidupan dengan pergolakan pemikiran dan perjuangan politik (Lihat Mengenal HT, hal. 24). Pembinaan intensif di sini tidak lain adalah doktrin ‘ashabiyyah (fanatisme) dan loyalitas terhadap HT.
-Kedua: Masyarakat, dengan mengadakan pembinaan kolektif/umum yang disampaikan kepada umat Islam secara umum, berupa ide-ide dan hukum-hukum Islam yang diadopsi oleh Hizb. Dan menyerang sekuat-kuatnya seluruh bentuk interaksi antar anggota masyarakat, tak luput pula interaksi antara masyarakat dengan penguasanya. Taqiyuddin An-Nabhani berkata: “Oleh karena itu, menyerang seluruh bentuk interaksi yang berlangsung antar sesama anggota masyarakat dalam rangka mempengaruhi masyarakat tidaklah cukup, kecuali dengan menyerang seluruh bentuk interaksi yang berlangsung antara penguasa dengan rakyatnya dan harus digoyang dengan kekuatan penuh, dengan cara diserang sekuat-kuatnya dengan penuh keberanian.” (Lihat Mengenal HT, hal. 24, Terjun ke Masyarakat, hal. 7)
Betapa ironisnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memerintahkan kita agar menjadi masyarakat yang bersaudara dan taat kepada penguasa, sementara HT justru sebaliknya. Mereka memecah belah umat dan memporakporandakan kekuatannya. Lebih parah lagi, bila hal itu dijadikan tolok ukur keberhasilan suatu gerakan sebagaimana yang dinyatakan pendiri mereka: “Keberhasilan gerakan diukur dengan kemampuannya untuk membangkitkan rasa ketidakpuasan (kemarahan) rakyat, dan kemampuannya untuk mendorong mereka menampakkan kemarahannya itu setiap kali mereka melihat penguasa atau rezim yang ada menyinggung ideologi, atau mempermainkan ideologi itu sesuai dengan kepentingan dan hawa nafsu penguasa.” (Pembentukan Partai Politik Islam, hal. 35-36)
- Ketiga: Negara-negara kafir imperialis yang menguasai dan mendominasi negeri-negeri Islam, dengan berjuang menghadapi segala bentuk makar mereka (Lihat Mengenal HT, hal. 25).
Demikianlah yang mereka munculkan. Namun kenyataannya, di dalam upaya penggulingan para penguasa kaum muslimin, tak segan-segan mereka meminta bantuan kepada orang-orang kafir dan meminta perlindungan dari negara-negara kafir. (Lihat Membongkar Selubung Hizbut Tahrir (1) hal. 5)
- Keempat: Para penguasa di negeri-negeri Arab dan negeri-negeri Islam lainnya, dengan menyerang seluruh bentuk interaksi yang berlangsung antara penguasa dengan rakyatnya dan harus digoyang dengan kekuatan penuh, dengan cara diserang sekuat-kuatnya dengan penuh keberanian. Menentang mereka, mengungkapkan pengkhianatan, dan persekongkolan mereka terhadap umat, melancarkan kritik, kontrol, dan koreksi terhadap mereka serta berusaha menggantinya apabila hak-hak umat dilanggar atau tidak menjalankan kewajibannya terhadap umat, yaitu bila melalaikan salah satu urusan umat, atau mereka menyalahi hukum-hukum islam. (Terjun ke Masyarakat, hal. 7, Mengenal HT, hal. 16,17).

Para pembaca, inilah hakikat manhaj Khawarij yang diperingatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Tidakkah diketahui bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menjuluki mereka dengan “Sejahat-jahat makhluk” dan “Anjing-anjing penduduk neraka”! Semakin parah lagi di saat mereka tambah berkomentar: “Bahkan inilah bagian terpenting dalam aktivitas amar ma’ruf nahi munkar.” (Mengenal HT, hal. 3)
Tidakkah mereka merenungkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam : “Akan ada sepeninggalku para penguasa yang mereka itu tidak berpegang dengan petunjukku dan tidak mengikuti cara/jalanku. Dan akan ada diantara para penguasa tersebut orang-orang yang berhati setan dalam bentuk manusia.” Hudzaifah berkata: “Apa yang kuperbuat bila aku mendapatinya?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda (artinya): “Hendaknya engkau mendengar dan menaati penguasa tersebut! Walaupun dicambuk punggungmu dan dirampas hartamu maka (tetap) dengarkanlah (perintahnya) dan taatilah (dia).” (HR. Muslim dari shahabat Hudzaifah bin Al-Yaman radiyallahu ‘anhu, 3/1476, no. 1847)?!

Demikian pula, tidakkah mereka renungkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam : “Barangsiapa ingin menasehati penguasa tentang suatu perkara, maka janganlah secara terang-terangan. Sampaikanlah kepadanya secara pribadi, jika ia menerima nasehat tersebut maka itulah yang diharapkan. Namun jika tidak menerimanya maka berarti ia telah menunaikan kewajibannya (nasehatnya).” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi ‘Ashim, dari shahabat ‘Iyadh bin Ghunmin radiyallahu ‘anhu, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Zhilalul Jannah, hadits no. 1096)?!

Namun sangat disayangkan, HT tetap menunjukkan sikap kepala batunya, sebagaimana yang mereka nyatakan: “Sikap HT dalam menentang para penguasa adalah menyampaikan pendapatnya secara terang-terangan, menyerang dan menentang. Tidak dengan cara nifaq (berpura-pura), menjilat, bermanis muka dengan mereka, simpang siur ataupun berbelok-belok, dan tidak pula dengan cara mengutamakan jalan yang lebih selamat. Hizb juga berjuang secara politik tanpa melihat lagi hasil yang akan dicapai dan tidak terpengaruh oleh kondisi yang ada.” (Mengenal HT, hal. 26-27)

Mereka gembar-gemborkan slogan “Jihad yang paling utama adalah mengucapkan kata-kata haq di hadapan penguasa yang zalim.” Namun sayang sekali mereka tidak bisa memahaminya dengan baik. Buktinya, mereka mencerca para penguasa di mimbar-mimbar dan tulisan-tulisan. Padahal kandungan kata-kata tersebut adalah menyampaikan nasehat “di hadapan” sang penguasa, bukan di mimbar-mimbar dan lain sebagainya. Tidakkah mereka mengamalkan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam yang diriwayatkan shahabat ‘Iyadh bin Ghunmin di atas?! Dan jangan terkecoh dengan ucapan mereka, “Meskipun demikian, Hizb telah membatasi aktivitasnya dalam aspek politik tanpa menempuh cara-cara kekerasan (perjuangan bersenjata) dalam menentang para penguasa maupun orang-orang yang menghalangi dakwahnya.” (Mengenal HT, hal. 28). Karena mereka pun akan menempuh cara tersebut pada tahapannya (tahapan akhir).

3. Pengambilalihan Kekuasaan (Istilaamul Hukmi)
Tahapan ini merupakan puncak dan tujuan akhir dari segala aktivitas HT. Dengan tegasnya Taqiyuddin An-Nabhani menyatakan: “Hanya saja setiap orang maupun syabab (pemuda) Hizb harus mengetahui, bahwasanya Hizb bertujuan untuk mengambil alih kekuasaan secara praktis dari tangan seluruh kelompok yang berkuasa, bukan dari tangan para penguasa yang ada sekarang saja. Hizb bertujuan untuk mengambil kekuasaan yang ada dalam negara dengan menyerang seluruh bentuk interaksi penguasa dengan umat, kemudian dijadikannya kekuasaan tadi sebagai Daulah Islamiyyah.” (Terjun ke Masyarakat, hal. 22-23)

Dalam tahapan ini, ada dua cara yang harus ditempuh:
1) Apabila negara itu termasuk kategori Darul Islam, dimana sistem hukum Islam ditegakkan, tetapi penguasanya menerapkan hukum-hukum kufur, maka caranya adalah melawan penguasa tersebut dengan mengangkat senjata.
2) Apabila negara itu termasuk kategori Darul Kufur, dimana sistem hukum Islam tidak diterapkan, maka caranya adalah dengan Thalabun Nushrah (meminta bantuan) kepada mereka yang memiliki kemampuan (kekuatan). (Lihat Strategi Dakwah HT, hal. 38, 39, 72)
Subhanallah! Lagi-lagi prinsip Khawarij si “Sejahat-jahat makhluk” dan “Anjing-anjing penduduk neraka” yang mereka tempuh. Wahai HT, ambillah pelajaran dari perkataan Al-Imam Ibnul Qayyim t berikut ini: “Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam mensyariatkan kepada umatnya kewajiban mengingkari kemungkaran agar terwujud melalui pengingkaran tersebut suatu kebaikan (ma’ruf) yang dicintai Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Jika ingkarul mungkar mengakibatkan terjadinya kemungkaran yang lebih besar darinya dan lebih dibenci oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, maka tidak boleh dilakukan walaupun Allah Ta’ala membenci kemungkaran tersebut dan pelakunya. Hal ini seperti pengingkaran terhadap para raja dan penguasa dengan cara memberontak, sungguh yang demikian itu adalah sumber segala kejahatan dan fitnah hingga akhir masa… Dan barangsiapa merenungkan apa yang terjadi pada (umat) Islam dalam berbagai fitnah yang besar maupun yang kecil, niscaya akan melihat bahwa penyebabnya adalah mengabaikan prinsip ini dan tidak sabar atas kemungkaran, sehingga berusaha untuk menghilangkannya namun akhirnya justru muncul kemungkaran yang lebih besar darinya.” (I’lamul Muwaqqi’in, 3/6)

Mungkin HT berdalih bahwa semua penguasa itu kafir, karena menerapkan hukum selain hukum Allah. Kita katakan bahwa tidaklah semua yang berhukum dengan selain hukum Allah itu kafir. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah: “Barangsiapa berhukum dengan selain hukum Allah, maka tidak keluar dari empat keadaan:
1. Seseorang yang mengatakan: “Aku berhukum dengan hukum ini, karena ia lebih utama dari syariat Islam”, maka dia kafir dengan kekafiran yang besar.
2. Seseorang yang mengatakan: “Aku berhukum dengan hukum ini, karena ia sama/sederajat dengan syariat Islam, sehingga boleh berhukum dengannya dan boleh juga berhukum dengan syariat Islam,” maka dia kafir dengan kekafiran yang besar.
3. Seseorang yang mengatakan: “Aku berhukum dengan hukum ini dan berhukum dengan syariat Islam lebih utama, akan tetapi boleh-boleh saja untuk berhukum dengan selain hukum Allah,” maka ia kafir dengan kekafiran yang besar.
4. Seseorang yang mengatakan: “ Aku berhukum dengan hukum ini,” namun dia dalam keadaan yakin bahwa berhukum dengan selain hukum Allah tidak diperbolehkan. Dia juga mengatakan bahwasanya berhukum dengan syariat Islam lebih utama dan tidak boleh berhukum dengan selainnya, tetapi dia seorang yang bermudah-mudahan (dalam masalah ini), atau dia kerjakan karena perintah dari atasannya, maka dia kafir dengan kekafiran yang kecil, yang tidak mengeluarkannya dari keislaman, dan teranggap sebagai dosa besar. (At-Tahdzir Minattasarru’ Fittakfir, Muhammad Al-’Uraini hal. 21-22)

Demikian pula, kalaulah sang penguasa itu terbukti melakukan kekufuran, maka yang harus ditempuh terlebih dahulu adalah penegakan hujjah dan nasehat kepadanya, bukan pemberontakan.
Adapun dalih mereka dengan hadits Auf bin Malik radiyallahu ‘anhu:
قِيْلَ: يَا رَسُولَ اللهُ! أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ؟ فَقَالَ: لا، مَا أَقَامُوا فِيْكُمُ الصَّلاَةَ.
Lalu dikatakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam: “Wahai Rasulullah! Bolehkah kami memerangi mereka dengan pedang (memberontak)?” Beliau bersabda: “Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian!” (HR. Muslim, 3/1481, no. 1855)
Bahwa “mendirikan shalat di tengah-tengah kalian” adalah kinayah dari menegakkan hukum-hukum Islam secara keseluruhan, sehingga –menurut HT– walaupun seorang penguasa mendirikan shalat namun dinilai belum menegakkan hukum-hukum Islam secara keseluruhan, maka dianggap kafir dan boleh untuk digulingkan! Ini adalah pemahaman sesat dan menyesatkan.

Para pembaca, tahukah anda dari mana ta‘wil semacam itu? Masih ingatkah dengan landasan berpikir mereka? Ya, ta`wil itu tidak lain dari akal mereka semata… Bukan dari bimbingan para ulama. Wallahul musta’an.
Akhir kata, demikianlah gambaran ringkas tentang HT dan selubung sesatnya tentang khilafah. Semoga menjadi titian jalan untuk meraih petunjuk Ilahi. Amin.