Seiring tersebarnya dakwah salafiyah yang mubarokah ditengah-tengah ummat islam di negeri ini, tak ayal hal ini (dakwah salafiyah) menjadi momok bagi mereka (aktifis gerakan / hizbiyun). Hal ini tidak lain adalah karena Dakwah Salafiyah berusaha memisahkan antara yang hak dan yang bathil yang coba digabungkan lewat syubhat-syubhat para pengekor hawa nafsu pada zaman ini.
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. ” (QS.Al-Baqarah : 42)
Keinginan para pengekor hawa nafsu yang berusaha mencampur adukkan antara yang hak dan yang bathil tersebut tergambar dari upaya mereka dalam berbagai media yang berupaya menyamakan Manhaj Salafy dengan Ikhwanul Muslimin (IM) dan Hizbut Tahrir (HT), padahal telah nyata bahwa Kedua firqoh tersebut (IM dan HT) sangat jauh dari manhaj para salafus sholih.
sebagaimana kata syair ;
سارت مشرقة وسرت مغربا شتان بين مشرق ومغرب
Aduhai alangkah jauhnya timur dan barat
Dia berjalan ke timur dan aku berjalan ke barat
Maka ucapan mereka yang menyamakan Manhaj Salafy dengan Gerakan Ikhwanul Muslimin (IM) dan Hizbut Tahrir (HT) adalah merupakan kejahilan yang nyata. Mereka tidak mengenal Manhaj Salafy apalagi memahaminya.
Sekilas tentang Ikhwanul Muslimin
Mengenai IM telah kita maklumi bersama bahwa pergerakan ini tumbuh subur di Mesir, karenanya tidak heran jika para penuntut ilmu yang berasal dari negeri ini banyak terpengaruhi oleh pemikiran Hasan AlBanna. Sehingga tak heran jika lulusan-lulusan Universitas Kairo menjadi prajurit-prajurit pembela Ikhwanul Muslimin ketika kedoknya dibongkar oleh dakwah salafiyah.
“Ikhwanul Muslimin (IM) didirikan oleh Hasan AlBanna pada Dzulqoidah 1347H bertepatan dengan Maret 1928M.” [http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=303]
Hasan AlBanna berkata tentang IM, “Sesungguhnya dakwah Ikhwanul Muslimin adalah dakwah salafiyyah… tarekat sunniyah… hakekat shufiyyah…dan badan politik…” (Majmu’ah Rasa`il, hal. 122)
Pengakuan Hasan AlBanna bahwa dakwah IM adalah dakwah salafiyah ini tertolak oleh beberapa hal, diantaranya pernyataannya didalam Mudzakkiraat ad-Da’wah wa ad-Da’iyyah halaman 48 ;
“Aku sebutkan bahwasanya sebagian dari kebiasaan kami adalah keluar pada acara Maulid Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pada sebuah arak-arakan setelah sebelumnya kumpul. Hal ini berlansung setiap malam dari awal sampai tanggal 12 Rabi’ul Awwal, dimulai dari rumah salah seorang ikhwan. Suatu malam secara kebetulan kami bertemu, dansaat itu giliran pertemuan ada di rumah saudara kami Syaikh Syalaby ar-Rajjaal, maka kami pergi ba’da Isya’ sebagaimana biasa, maka kami dapati sebuah rumah yang terang benderang, bersih dan semua serba siap. Kemudian dibaginya minuman kopi dan qirfah (sejenis makanan dari kulit kambing) sebagaimana biasa. Dan kami keluar pada sebuah arak-arakan sambil mendendangkan nasyid-nasyid tertentu dengan penuh suka cita dan bahagia.”
Lihatlah wahai saudaraku, Bagaimana ini bisa terjadi ? Adakah petunjuk para salafus sholih untuk mengadakan arak-arakan memperingati maulid Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam ? Apakah ini yang dinamakan Dakwah salafiyah ? Oh, alangkah jauh panggang dari api, Alangkah jauh pengakuan Hasan AlBanna.
Saudaraku, masih banyak lagi penyimpangan-penyimpangan IM yang jauh dari petunjuk para salafus sholih, karenanya menyamakan IM dengan Manhaj Salafy adalah tindakan bodoh, yang sangat jauh dari kebenaran.
Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Syaikh Sholeh bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (seorang anggota kibarul ulama Saudi Arabiah) –hafidzahullahu- ketika ditanya :
Apakah dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab merupakan dakwah Islamiyah Hizbiyah seperti Jama’ah Ikhwanul Muslimin dan Tabligh ? Apa nasehat anda bagi orang yang mengatakan seperti ini dan menyebarluaskannya dalam buku-buku ?
Beliau menjawab : “Sesungguhnya dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab –rahimahullohu ‘anhu- diatas manhaj salafush sholeh baik dalam bidang ushul/pokok (agama) maupun cabangnya. Dakwah beliau tidak lain hanyalah menelusuri metode ahlu sunnah baik yang terdahulu maupun yang terakhir dan bukan sebuah hizbiyah/kelompok. Adapun Jama’ah Ikhwanul Muslimin dan Tabligh dan yang lainnya maka kita seru mereka semua untuk mengembalikan metode mereka kepada Al-Qur’an dan Sunnah serta petunjuk dan pemahaman salafush sholeh serta menimbangnya dengan hal tersebut. Jika sesuai maka –alhamdulillah- dan jika menyelisihi maka harus diluruskan.” [AlAjwibah AlMufidah 'an asilatil manahij aljadidah hal.69-73 oleh Syaikh Sholeh Al-Fauzan]
Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
ما من نبي بعثه الله في أمة قبلي إلا كان له من أمته حواريون وأصحاب يأخذون بسنته ويقتدون بأمره ثم إنها تخلف من بعدهم خلوف يقولون ما لا يفعلون ويفعلون ما لا يؤمرون فمن جاهدهم بيده فهو مؤمن ومن جاهدهم بلسانه فهو مؤمن ومن جاهدهم بقلبه فهو مؤمن وليس من وراء ذلك من الإيمان حبة خردل
“Tidak ada seorang Nabi pun yang Alloh utus ditengah-tengah umatnya sebelumku kecuali terdapat dikalangan ummatnya kaum hawariyun (para pengikut yang setia) dan para sahabat yang mengikuti sunnahnya dan mentaati perintahnya. Kemudian akan muncul setelah mereka generasi yang mengatakan sesuatu yang mereka kerjakan dan mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Barangsiapa yang berjihad menghadapi mereka dengan tanganya maka dialah Mukmin. Dan barangsiapa yang berjihad melawan mereka dengan hartanya maka dialah mukmin, dan siapa saja yang berjihad melawan mereka dengan hatinya maka dialah mukmin. Dan tidak ada yang selain itu keimanan walau seberat biji sawi.” [HR. Muslim]
Sekilas Tentang Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin Nabhani (1909 – 1979 M), kelahiran Ijzim, kampung di daerah Haifa Palestina.
Dia (Taqiyuddin Nabhani) adalah orang yang terpengaruh pada pemikiran Mu’tazillah, hal ini sebagaimana perkataannya, “Aqidah seorang muslim harus bersandar kepada akal atau pada sesuatu yang telah terbukti dengan akal atau yang datang dari sumber berita yang yakin dan pasti (qoth’i), yaitu apa-apa yang yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an dan hadits qoth’i yaitu hadits yang mutawatir. Apa saja yang tidak terbukti dengan kedua jalan tadi, yaitu akal serta nash Al-Qur’an dan hadits mutawatir, haram baginya untuk mengimaninya (menjadikannya sbagai aqidah). Sebab aqidah tidak boleh dambil kecuali dengan kepastian “.
Inilah kenapa Syeikh Nashiruddin Al-Albany -rahimahullohu ‘anhu- menjuluki mereka (HT) dengan Neo Mu’tazillah. Syeikh Al-Bany –rahiamhullohu ‘anhu- berkata
“Firqah ini dibangun oleh sebagian khalaf (generasi akhir), dan mereka itu adalah Mu’tazilah zaman ini. Dan pengikut mereka di jaman sekarang ini (yang serupa) minimal dalam masalah akidah adalah Hizbut Tahrir (HT)” [Hizbut Tahrir Mu’tazilah Gaya Baru, Syaikh Al Albani]
Dalam hal pemahaman mereka yang mengagungkan akal tersebut, shahabat ‘Ali bin Abi Thalib radiyallahu ‘anhu telah berkata: “Kalaulah agama ini berdasarkan akal, niscaya bagian bawah khuf lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya.” (HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya no. 162, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani).
Juga atsar Dari Umar bin Khatthab -radhiallohu ‘anhu- beliau berkata,
إياكم وأصحاب الرأي فإنهم أعداء السنة أعيتهم الأحاديث أن يحفظوها فقالوا بالرأي فضلوا وأضلـوا
“Waspadalah kalian terhadap Ashhabur Ra’yi (Ahli filsafat), karena mereka merupakan musuh-musuh sunnah, hadits-hadits telah memberatkan mereka untuk menghafalnya, mereka pun berkata dengan logikanya maka dia sesat dan menyesatkan.” [HR. Ibnu Syaibah] [Kun salafiyan ‘alal Jaddah, DR. Abdussalam bin Salim As-Suhaimi]
Masih banyak lagi penyimpangan mereka (HT) baik dalam Aqidah maupun fiqh yang kesemuanya itu tidak mungkin kami sebutkan secara terperinci, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu.
Maka tidak mereka (HT) berjalan diatas manhaj yang shahih, sebagaimana manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah. Sehingga tidaklah mungkin HT dapat disamakan apalagi dimasukkan dalam golongan Ahlussunnah wal Jamaah, dikarenakan jauhnya dari jalan yang ditempuh Salafus sholih.
Sekilas tentang Manhaj Salafy
Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan –hafidzahullahu- berkata : “Salafiyah adalah meniti jejak salaf dari kalangan sahabat, tabi’in dan generasi yang utama baik dalam aqidah, pemahaman, dan akhlak. Dan wajib bagi setiap muslim untuk mengikuti jalan mereka”. [Al-Ajwibah Al-Mufidah hal.103-104]
Lajnah Daimah mengatakan : “Salafiyah adalah nisbat kepada salaf dan salaf itu adalah para sahabat Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam serta para imam petunjuk dari tiga generasi Islam yang pertama radhiallohu ‘anhum yang telah dipuji oleh Rasulullah dalam sabda beliau :
خَيرُ النَاسِ قَرنِي ثُمَّ الذِينَ يَلُونَهُم ثُمَّ الذِينَ يَلُونَهُم
[Artinya : "Sebaik-baik generasi adalah generasiku (sahabat) kemudian setelah mereka (tabi'in) kemudian setelah mereka (Tabi'ut tabi'in)" (HR.Bukhori, Muslim dan Ahmad). Salafiyun jamak dari Salafi yang merupakan nisbat kepada salaf yang artinya orang-orang yang berjalan diatas manhaj salaf dengan mengikuti Al-Qur'an dan sunnah serta berdakwah kepada keduanya dan mengamalkannya, maka mereka itulah yang disebut sebagai ahlu sunnah wal jama'ah". [Al-Lajnah Ad-daaimah lil buhust al-ilmiyah no.1361.]
Syaikh Bakar bin Abdillah Abu Zaid –hafidzahullahu- berkata : “Jadilah engkau sebagai seorang Salafi yang menelusuri jejak salafush sholeh dari kalangan sahabat radhiallohu ‘anhum dan yang mengikuti mereka dengan baik dalam permasalahan agama ini seperti tauhid, ibadah dan selainnya”. [Hilyah tholibil ilmi hal 28 disyarah oleh Syaikh Al-Utsaimin]
Adapun Manhaj salaf tidak bersikap lunak terhadap bid’ah dan pelakunya. Tidak seperti firqoh-firqoh lain semisal IM dan HT yang masih melanggengkan perbuatan bid’ah bahkan menjadi sponsor amalan-amalan bid’ah.
Padahal Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
“Barangsiapa yang mengada-adakan perkara yang baru dalam urusan kami yang tidak ada contohnya dari kami maka ia tertolak.”
Dan beliau Shallallohu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد
“Siapasaja yang mengerjakan satu amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka amalan itu tertolak.”
Demikianlah sekilas tentang manhaj salafy, manhaj yang berjalan diatas jalan yang lurus, sesuai panduan Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam serta teladan sahabat radhiallohu ‘anhum. Menghidupkan kembali As-Sunnah serta berusaha memberantas kesyirikan dan kebid’ahan serta penyimpangan-penyimpangan yang dihembuskan oleh pengekor hawa nafsu ketengah-tengah umat Islam.
واتبع سبيل من أناب إلي
“Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada Ku” [QS. Luqman : 15]
Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, dan Nashrani telah terpecah menjadi 72 golongan, dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya ada di neraka kecuali satu. Maka mereka (para shahabat) bertanya : “Siapa dia ya Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Dia adalah apa yang aku dan shahabatku berada di atasnya.” [HR. Abu Dawud] [Dzilalul Jannah, Kary. Asy-Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany]
Atas dasar inilah Syeikh AlBany –rahimahullohu ‘anhu- berkata ; “Golongan atau kelompok atau perkumpulan atau jamaah apa saja dari perkumpulan Islamiyah, selama mereka semua tidak berdiri di atas Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam serta di atas manhaj (jalan/cara) Salafus Shalih, maka dia (golongan itu) berada dalam kesesatan yang nyata!”
Beliau (Syeikh AlBany) juga menambahkan ; “Tidak diragukan lagi bahwasanya golongan (hizb) apa saja yang tidak berdiri di atas tiga dasar ini (Al Qur’an, Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan Manhaj Shalafus Shalih) maka akan berakibat atau membawa kerugian pada akhirnya walaupun mereka itu (dalam dakwahnya) ikhlas.”
Kesimpulan
Setelah mengetahui bagaimana keadaan IM dan HT tersebut yang memiliki penyimpangan-penyimpangan dalam aqidah serta jalan yang mereka tempuh. Maka dari sisi manakah mereka dapat disamakan dengan Manhaj Salafy ?
Upaya mereka yang ingin menyamakan dan menggabungkan IM, HT dan Salafy adalah isapan jempol belaka. Bagaimana mungkin firqoh IM dan HT yang notabene tidak berada diatas Manhaj Rosululloh hendak disamakan apalagi digabungkan dengan Manhaj Salafy yang berjalan diatas Manhaj Rosululloh ?
Maka jika menginginkan ummat Islam bersatu, ikutilah solusi yang diberikan oleh Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasalam, Hadits dari ‘Irbadl bin Sariyah radhiallahu ‘anhu
وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما بعد صلاة الغدة موعظة بليغة ذرفت منها العيون ووجلت منها القلوب, فقال رجل: إن هذه موعظة مودع فماذا تعد إلينا يا رسول الله, قال: “أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبد حبشي فإن من يعش منكم يرى اختلافا كثيرا وإياكم ومحدثات الأمور فإنها ضلالة فمن أدرك ذلك منكم فعليه بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المحديين عضوا عليها بالنواجد…”
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menasehati kami setelah sholat dengan nasehat yang menggetarkan hati dan membelalakkan mata, maka kami berkata:’Ya Rasulullah, ini seperti nasehat orang yang akan berpisah, maka wasiatilah kami’. Beliau bersabda: ”Aku wasiatkan pada kalian untuk bertaqwa, mendengar dan ta’at, meskipun yang memerintah kalian adalah seorang Habasyiy (budak). Barangsiapa diantara kalian hidup setelahku, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian untuk berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafa’ ar-rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah ia dengan gigi gerahammu…” (HR. Abu Dawud no. 4607; AT-Tirmidzi no. 2676; Ibn Majah no. 42; Ahmad 4/126,127).
Bersatulah diatas Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman salafus sholih, tinggalkan segala atribut kepartaian, murnikanlah aqidah dan hidupkanlah Sunnah.
Tinggalkan firqoh-firqoh yang menyelisihi Al-Quran dan As-Sunnah, ikutilah petunjuk Alloh Ta’ala dan RosulNya,
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya.” (QS. Al An’am : 153)
Oleh karena itu seyogyanya seorang Muslim dan Muslimah hendaknya mengetahui bahwa suatu garis kalau sudah bengkok pada awalnya (pangkalnya) maka akan semakin jauh dari garis yang lurus. Dan setiap ia melangkahkan kakinya akan semakin bertambahlah penyelewengannya.
Semoga Alloh memberikan hidayah kepada kita semua untuk tegak berdiri dijalan yang lurus, yakni jalan yang telah ditempuh oleh salafus sholih. Serta diberikan kekuatan untuk menghidupkan As-Sunnah dan menjauhi perkara-perkara bid’ah.